Homeroom III-2

Pagi yang cerah untuk diawali dengan pelajaran pertama. Langkah kaki membawanya pergi ke kelas III-2. Jadi kali ini dia ditugaskan untuk menjadi wali kelas 3? Sesuatu yang diluar dugaan—namun itu sungguh mempermudah keadaannya. Dia tidak perlu menghafal anak-anak kelasnya karena kebanyakan sudah diajarnya, lalu dia juga bisa lebih santai. Ya, ya, mungkin dia bisa mengajak anak-anak kelasnya untuk minum teh di kebun belakang? Bercanda, tapi bukan ide yang buruk bukan?

“Ni hao, apa kabar anak-anak. Hari ini memang sudah mulai masuk sekolah lagi, dan aku tahu beberapa dari kalian pasti masih ingin libur. Santai saja—tapi tetap serius ya,” ucapnya ceria.

“Kalian pasti sudah kenal saya, Gio Yuen Ling—guru biologi, mulai hari ini akan menjadi wali kelas kalian. Kalau belum kenal, bisa tanya teman, atau berkenalan dengan saya sekarang. Kalau begitu, mari kita lewatkan basa-basi dan mulai dengan absen ya. Yang namanya dipanggil harap berdiri dan memperkenalkan diri! Kumulai, ya!” masih dengan senyum.

Benar, karena anak-anak ini kini telah menduduki bangku terakhir di sekolah menengah atas, mereka pasti dituntut lebih untuk memikirkan masa depan dan ujian akhir. Kehadirannya tidak hanya sebagai guru tapi juga pembimbing mereka.
Jadi, setidaknya anak-anak ini perlu kesantaian di tengah ketegangan mereka. Gio, untuk saat ini hanya bisa menghadirkan senyum saja. Tapi dia berharap bisa mengantar lelaki-lelaki masa peralihan seperti murid-muridnya itu dengan bangga.

--------------------------------------------------------------------------------
[Batas untuk RP homeroom adalah 20 April 2012 waktu IRL, siswa harap post minimal satu kali untuk absen.]

Sengaja hari ini Nanao masuk ke kelas lebih pagi dari anak-anak yang lain. Sangat pagi, sampai-sampai ketika petugas baru membuka kunci-kunci kelas, Nanao sudah datang dan menjadi orang pertama yang hadir di dalam kelas. Ia langsung menyantroni tempat duduk yang menurutnya bisa menjadi spot terbaik, yaitu di meja ketiga dari depan dan tepat di samping jendela yang menuju keluar gedung. Ini adalah tempat yang strategis dimana ia bisa menyandarkan tubuhnya ke tembok ketika ingin santai dan ia juga bisa melirik ke jendela luar dan berbuat iseng dengan melemparkan kertas ke orang-orang yang lewat.

Inilah keuntungan datang pagi-pagi sekali, ia bis amemilih tempat duduk yang disukainya tanpa harus berebut pantat dengan orang lain. Suasananya masih tenang, hingga akhirnya satu per satu murid berdatangan dan kelas ini menjadi penuh ketika jam sudah menunjukkan pukul 7.25.

Ah, kesan yang ia dapat di kelas barunya tidak terlalu berbeda dengan kelasnya di tahun lalu. Masih dipenuhi banyak remaja labil dan ribut, lalu murid-murid yang tak jelas gendernya, sampai ke murid-murid gaijin yang memang sudah tidak aneh lagi untuk ditemui di sekolah ini. Kebanyakan juga wajahnya sudah Nanao hafal karena pernah sekelas sebelumnya. Seperti misalnya si Ouran... Jeh! Saking hafal sampai-sampai ia sudah terbiasa melihat kegilaan anak itu.

Kemudian Bu guru--maksudnya Pak guru Gio juga sudah ia sudah hafal. Namun wali kelas barunya itu sepertinya ingin mengakrabkan diri lagi ke anak-anaknya dan menyuruh mereka memperkenalkan diri. Lalu namanya dipanggil. Nanao berdiri, membungkuk, kemudian berdeham sedikit untuk memulai bicara,

"Uehara Nanao, dari Negau." Hm, setelah itu, sebutkan apa lagi di perkenalan ini? Masa hanya segini? Masa tidak ada embel-embel lain seperti cita-cita, golongan darah, atau sebagainya? Nanao akan berinisiatif menambahkan, "Aku orang yang bisa diandalkan dan kuharap aku bisa menjadi ketua kelas tahun ini,"

DIpikir ini pemilu siswa? Masa bodoh. Nanao mau jabatan. Mau diakui.
------

Kalau ada kesalahan PM ya
Open Interaksi untuk siapapun

"Saya beruntung di akhir tahun sekolah saya di sini, Sensei!"

Tahu-tahu si kepala merah sudah berdiri di hadapan sang wali kelas. Kelihatannya ada bunga-bunga mawar dan kilauan sinar matahari jadi latar belakang Ouran saat ini. Menyambar tangan sang guru cantik, "Sensei tahu kenapa? Karena saya punya wali kelas yang cantik dan baik hati seperti Anda, dan sekelas lagi dengan saudara kembar saya, Nanaon!" berikutnya menunjuk sesama pemilik kepala merah yang baru saja memperkenalkan diri, walau diragukan kalau Ouran mendengar perkenalan Uehara tadi dengan seksama.

Bikin gosip baru?

"Saya Ouran Kouki dari Mirai dan saya adalah atlit nomor satu di sekolah ini --meski tidak bisa ikut lomba antar sekolah karna larangan ikut klub olahraga--, anak paling tampan di sekolah ini tapi saya juga tak keberatan kalau ada yang bilang saya paling ganteng sedunia!"

Langsung error di hari pertama?

Kemudian mendekap tangan si guru di dadanya, berujar, "Saya akan ada dalam asuhan Sensei setahun ini. Mohon kerjasamanya. Dan juga uang sumbangannya kalau sedang berlebih," sambil terus dengan cengiran aduhai nan tak pentingnya.

...dan belum apa-apa sudah mencoba memalak?

Yep. Tidak salah. Dia memang Ouran.

Kaoru sudah naik ke kelas tiga. Tidak terasa bukan? Kemarin padahal rasanya dia baru saja menginjakkan kakinya di depan gerbang Shiroi Gakuin. Banyak hal terjadi selama kurun dua tahun terakhir ini dan membentuk sebuah pribadi baru dari seorang Sakuragi Kaoru. Mungkin tidak akan banyak yang sadar pribadi baru macam apa yang dimaksudkan. Namun, secara pribadi sendiri, Kaoru sudah merasakan perubahan itu terjadi pada dirinya. Contoh konkritnya adalah bertambahnya tinggi badan dari sang pewaris tahta kekayaan Sakuragi ini. Bukan hal penting bagi orang lain, tapi jelas penting bagi dirinya karena itu berarti sesuatu telah terlepas dari Kaoru-- beban itu.

"............" Kaoru terdiam, memerhatikan dengan malas aksi salah seorang teman sekelasnya dari Mirai yang baru saja memperkenalkan dirinya sebagai Ouran Kouki. Menjijikan, terlalu hyperactive sekali bocah itu. Ck. Keluh Kaoru, menompang pipinya dengan sebelah tangannya, memerhatikan apa yang anak itu perbuat.

Mengganggu kelancaran dalam kelas saja. Bukan maksud Kaoru peduli, tapi rasanya jadi sangat menyebalkan. Dia ingin sekali rasanya minggat dari kelas ini dan membolos. Namun, gerak-geriknya kali ini sangat diawasi oleh kakeknya yang sudah menerima begitu banyak laporan mengenai dirinya yang berbuntut pada kemarahan sang kakek terhadapnya. Untungnya sang kakek belum tahu bahwa cucunya terlibat hubungan sesama. Kalau sampai beliau tahu, mungkin jangankan dihajar, Kaoru sudah pasti dibunuh di tempat karena telah mempermalukan nama keluarga. Cih.
__________________
belum memperkenalkan diri karena masih melihat sikonnya Gio-sensei lagi dibuat sibuk sama Ouran. Open interaksi (kalau mau)

Syukurlah anak-anak itu masih lumayan bersemangat. Dalam artian lain sih. Memang suatu kewajiban yang harus dilakukan bagi mereka untuk masuk di hari pertama, apalagi ini tahun terakhir mereka. Kalau terjadi suatu dan lain hal, kelulusan dapat menjadi taruhannya. Setidaknya, untuk saat ini murid-muridnya tidak terlalu down.

Yah, itulah yang dipikirkannya ketika tiba-tiba anak berambut merah menyembul di hadapannya dan langsung menggenggam tangannya. Gio hanya bisa tersenyum dalam kebingungan ketika bocah itu langsung memberikan profilnya dengan cepat dan semangat. Guru biologi itu melirik sedikit ke arah buku absen untuk mencari nama anak itu. Ouran Kouki—itu dia.

Anak yang—heboh, ya? Dan lagi apakah kupingnya tidak salah ketika mendengar kata ‘cantik’? Oh, sudahlah, mungkin anak ini sedikit menganggapnya cantik karena tidak ada anak perempuan sama sekali dalam sekolah ini. Sekali lagi Gio hanya tersenyum—sedikit getir.

“Ya, ya. Ouran-kun, saya mengerti. Kalau begitu sekarang duduklah di tempatmu supaya saya bisa mengabsen yang lain,” ujarnya sambil melepaskan tangannya dan menepuk ringan kepala anak itu dengan board absennya.

“Maaf interupsinya, ayo silahkan dilanjutkan untuk anak yang selanjutnya,” di luar dugaan, mungkin dia mendapatkan kelas yang sedikit heboh tahun ini.